PT THC, Jakarta - Ketua
umum Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) yang juga Gubernur
Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkap, 40 persen daratan di pesisir laut Indonesia
berpotensi hilang terkikis oleh air laut jika konsumsi karbon tidak
diminimalisir.
Borosnya konsumsi karbon
ini mengakibatkan pemanasan global yang berdampak pada ketinggian muka air
laut.
“Hampir 40 persen daerah
yang dipinggir laut akan hilang jika gaya hidup kita yang boros karbon ini
tidak ada perubahan, bahkan menyebut saat ini 400 hektar tanah di wilayah
pesisir Bekasi sudah tertutup air laut.
“Hari ini saja sudah
hilang 400 hektar tanah di pesisir Bekasi, sudah jadi laut, apalagi 50 tahun
kedepan,” ungkapnya. (8/12/21)
Oleh karena itu, Kang
Emil mengimbau kepada masyarakat untuk beralih ke energi terbarukan yang lebih
ramah lingkungan dalam pemanfaatan energi.
Ia menyebut, contoh kecil
pemanfaatan energi terbarukan yang kini sedang dilakukan di Jabar yaitu membuat
sumber listrik dari tenaga angin di desa-desa.
“Contoh kecil energi
terbarukan itu seperti membangun desa-desa dari energi angin yang tiangya kecil
seperti tiang listrik, minimal itu,” ujarnya.
Selain itu, kebijakan
penggunaan mobil dinas listrik dan solar cell panel industri di Jabar juga
memberi dampak signifikan mengurangi pemanasan global.
“Kedua, beli mobil
listrik, buat kebijakan atap pakai sollar cell, itu kebijakan murah sampai
nanti yang skala besar,” kata Kang Emil.
Potensi energi terbarukan
memiliki kekhasan tersendiri di tiap daerah. Kang Emil menyebut, selain Jabar
yang punya potensi energi terbarukan dari sumber panas bumi (geothermal) dan
air, provinsi Nusa Tenggara Timur punya energi solar cell serta angin di
wilayah Sulawesi yang bisa dimanfaatkan.
“Potensi energi
terbarukan tiap daerah beda-beda misalnya NTT panas itu solar cell, Jabar
geotermal sama air, sulawesi angin,” ujarnya.
Sementara secara
keseluruhan, potensi energi terbarukan di Indonesia jumlahnya mencapai 500
gigawatt.
Menurut Kang Emil,
masyarakat Indonesia saat ini baru memanfaatakannya hanya sekitar 50 gigawatt.
Masyarakat dinilai lebih memilih energi yang murah padahal akan berdampak buruk
dimasa mendatang.
“Kita 270 juta warga ini
hanya mengkonsumsi 50 gigawatt, itupun kita masih tidak niat karena masih
senang dengan energi murah tapi kotor seperti batubara dan lainnya. Jadi kenapa
menggebu-gebu karena momentumnya sekarang, jangan telat, tahun 2050 itu tak
terlalu jauh,” ujarnya.
Sementara dalam Rakernas
ADPMET yang dihadiri sejumlah kepala daerah menyepakati akan menindaklanjuti
rencana alih kelola sumur-sumur milik Pertamina oleh BUMD anggota ADPMET.
Kang Emil mengatakan
sudah bertemu dengan Dirut Pertamina saat perhelatan COP26 lalu di Glasgow
terkait pengelolaan tersebut.
“Ada ribuan sumur tua
yang dalam kendali Pertamina berkenan untuk segera ditransisikan ke BUMD, mohon
di followup semoga jadi berita baik di semester depan harus ada cerita sekian
dari ribuan sumur itu bisa dikelola oleh BUMD kita,” harap Kang Emil.
Bagi BUMD Kabupaten Tebo
PT Tebo Hutama Cipta (PT THC) Seruan Kang Emil ini merupakan angin segar bagi
perkembangan perusahaan, dimana Pemerintah Pusat memberikan regulasi kemudahan
perijinan untuk usaha Enegi Terbarukan, dan saat ini PT THC sedang
mengembangkan rencana Pembangkit Listrik Tenaga Biomass (PLTBM) bekerja sama
dengan PT. Indonesia Power, PT Rekadaya Elektrik, PT JKK, dan Kepco (Founder
dari Korea) di Kabupaten Tebo dengan kapasitas cukup besar.
Bahan baku utama nya
adalah kayu red caliandra yang bisa di tanam dengan mudah di Kabupaten Tebo, serta
limbah pabrik kelapa sawit seperti cangkang sawit dll yang banyak terdapat di
Kabupaten Tetangga (Bungo, Merangin)
Harapan kami usaha ini
segera terealisasi sehingga dapat menjadi multiplier effect Pertumbuhan Ekonomi
berkelanjutan di Kabupaten Tebo serta ikut serta membantu mengurangi Emisi
Carbon dunia.
Selain Direktur PT Tebo Hutama Cipta Bambang Wijokongko, SE, MM menghadiri kefiatan tersebut, Bupati Tebo Dr. H. Sukandar, S.Kom., M.Si turun hadir dalam acara tersebut.
0 Komentar